Salam Strike !!!...

Dengan motto "Sesama Angler Bersaudara" kami sambut kunjungan anda.
Blog ini adalah representasi kegiatan yang dilakukan oleh PPG, baik yang merupakan program organisasi maupun kegiatan bersifat parsial oleh anggota.
Harapan kami ada manfaat yang bisa diperoleh dari kunjungan anda disini, oleh karena itu saran dan kritik demi perbaikan blog ini akan kami terima dengan sangat terbuka. Begitu pula jika anda ingin menjadi anggota grup kami, silahkan bergabung dengan mendaftar pada group facebook PPG.

Wawancara Eksklusif bersama Barramundi

Rabu, 15 Februari 2012

Gresik, 16 Februari 2012

Hal pertama yang meletup-letup dalam pikiran saya ketika merangkum artikel ini adalah rasa ingin protes kepada para Master Freshwater Fishing-nya PPG, yaitu Master Mujib Ridwan, Mahfud Tholib, Upik Klaten, Ramadhan Muhammad, dan lainnya.

Bahkan!  Meminjam slogan-nya Haji Abdul Muiz dan Rapper Wiwin Drogba,  ingin saya teriakkan, “Sakiiiiiiiittt!” karena foto-foto MJ dan Cukil aka Pelak aka Kakap Putih aka Barramundi, yang sudah mereka upload di wall PPG, hingga membuat saya serasa terinfeksi virus aneh yang nggak ada istilahnya di dunia kedokteran, yaitu virus ‘Cukiler’. Akibatnya saya kehilangan kendali untuk ikut-ikutan nge-trip ke Pecuk Manyar (minggu, 12/2/2012). Walaupun hasilnya boncos namun keboncosan itu sendiri nggak melumpuhkan si virus untuk tetap mengompori nafsu uncal saya di kesempatan selanjutnya. Dan jujur saja, saat ini saya dalam kondisi menghitung hari…maksudnya setelah hari Kamis saya maunya langsung Minggu tanpa harus melewati Jum’at atau Sabtu agar bisa kembali ke Pecuk lagi.

Sebagai new comer atau newbie dalam perpancingan muara, saya sudah mencoba berkonsultasi pada The Master perihal persiapan uncal di muara, khususnya Pecuk. Master Mujib pun sudah memberikan banyak gambaran mengenai detail rangkaian, umpan, hingga kondisi air yang sip buat sutrek MJ dan Cukil. Bukan salah beliau kalo saya tetep saja boncos suroncos bin oncos maroncos, mungkin saya-nya saja yang belum beruntung (ehemm…maaf saya mencoba rendah diri dulur….xixixixi). Justru status sebagai boncoser menggugah semangat perjuangan saya untuk terus mencari tambahan ilmu per-cukilan dari berbagai sumber, termasuk membaca artikel yang di-share Master Didik beberapa waktu lalu. Sayangnya informasi tersebut kurang lengkap karena berasal dari subyeknya saja yaitu pemancing dan bukan dari Si obyek pancingan yaitu ikannya sendiri.

Walhasil, barusan saya telah sukses menemui salah seekor cukil yang kebetulan mampir ke toko saya dan mewawancarainya kemudian saya rangkum dalam suatu dialog yang saat ini tengah anda baca ini. Berikut hasil wawancara saya dengan salah seekor narasumber yang mengaku bernama Mas Barra:

Saya: “Selamat malam mas?! Boleh saya minta waktunya sebentar dan bisakah anda berhenti   berenang untuk beberapa saat karena kepala saya pusing mengikuti gerakan anda?”

Mas Barra: “well, that’s okey and never mind “.(rupanya mas Barra ini cukil dari Inggris sehingga hasil wawancara ini saya translate lagi ke dalam bahasa Indonesia)

Saya: “Boleh saya tahu nama anda?”

Mas Barra: “Nama saya Barra…kepanjangannya Barramundi, saya berasal dari India dan masih keturunan Inggris. Saya masih bersaudara dengan keluarga Rajib Gandi. Anda bisa lihat dari persamaan nama belakang kami…Ndi”.

Saya: “baiklah, Whatever!...tolong ceritakan secara singkat biodata anda mas Barramundi?”

Mas Barra: “Di kalangan pemancing freshwater, terutama muara, saya merupakan primadona atau diva. Bahkan mereka sepakat menjuluki  saya sebagai Master atau “si Raja Muara”.
Selain Barramundi, saya juga memiliki nama lain Kakap Putih dan di sebagian wilayah saya disebut juga dengan nama Cukil atau Pelak. Saya ini tergolong ikan yang tidak mudah dipancing. Anda tahu kenapa?

Saya: “ Maaf saya yang mewawancarai bukan anda mas Barra!”

Mas Barra: “Ya,..Baiklah. Jawabannya adalah karena saya sekarang sudah memiliki akun di Facebook dan Twitter, sehingga saya tahu siapa-siapa saja yang hendak memancing saya dan dimana lokasi mancingnya, sehingga informan saya akan memberitahukan via SMS, email dan PM kepada saudara Barra lainnya untuk berhati-hati dan mengantisipasi kedatangan para pemancing di wilayah masing-masing. Contohnya minggu lalu ketika teman-teman dan termasuk anda hendak memancing kami di Pecuk-Manyar.”

Saya: “ya, saya rasa saya hanya belum beruntung saja memancing anda pada waktu itu. Buktinya ada Master kami Mujib Ridwan yang berhasil memancing saudara Barra anda yang lain!”

Mas Barra: “Oh, kalo Barra yang berhasil Master Mujib Ridwan pancing itu bukan dari golongan saya. Itu Barra yang belum pernah mengikuti kursus tanggap darurat dan teknik penyelamatan diri.”

Saya: “ Anda boleh bilang begitu tapi kami pun berhasil sutrek juga keesokan harinya yang diwakili Master kami lainnya, Mas Upik Klaten.”

Mas Barra: “Ya, kalo yang hari Senin itu golongan kami sedang berpuasa dan yang si Upik dapat itu adalah cukil yang tidak mau puasa jadi biarkanlah cukil itu menerima hukumannya di dunia daripada nanti dihukum di akhirat.”

Saya : “ Rupanya anda ini pintar juga ngeles dari statement saya ya?”

Mas Barra: “Cak Endro, tolong ya dipahami…kami ini selain cerdik juga sangat peka dengan bunyi yang ditimbulkan dari gerakan kaki pemancing saat menjejak bumi. Karenanya kami sarankan setiap pemancing kakap putih hendaklah untuk belajar ilmu tenaga dalam dan meringankan tubuh. Poin utamanya kami memiliki kepandaian untuk melepaskan diri dari jebakan mata kail yaitu dengan cara mengibaskan kepala dan menggunakan sirip insang untuk memotong kenur/senar pancing”.

Saya: “Okey, itu kelebihan anda dan sekarang ceritakan tentang tempat tinggal anda mas Barra?”

Mas Barra: “Habitat kami banyak dijumpai di pantai dengan kedalaman 1 meter hingga 10 meter dan di muara sungai. Pada musim bertelur, kami bisa masuk ke sungai hingga berkilo-kilo meter sejauh mana salitas air masih sedikit asin atau salinitasnya rendah mendekati tawar. Maksudnya agar anak-anak kami bisa bertahan hidup. Ketika bobot kami dibawah 2Kg, kami masih AC/DC, artinya bisa ..eh maaf ya..berkelamin jantan atau betina, baru kemudian di saat bobot atau usia kami diatas 2 Kg, maaf sekali lagi ya…kelamin kami menjadi permanen, menjadi jantan atau betina saja. Perbedaannya, betina  kami mampu memiliki bobot hingga 40 Kg, sedangkan yang jantan rata-rata 3 hingga 10 Kg saja.
Lokasi yang sering menjadi sarang persembunyian kami adalah gugusan bebatuan, pepohonan rubuh, patok-patok bamboo/kayu dan wadas, palung di dasar laut ataupun muara sungai”.

Saya: “Baiklah, ini pertanyaan terakhir dan tolong anda jawab dengan jujur ya…bagaimana pola makan anda? 3 kali sehari…5 kali atau dikunyah dan apakah anda juga gemar gosok gigi dan lain sebagainya?”

Mas Barra: “Untuk masalah gosok gigi kami belum menemukan odol dan bentuk sikat yang pas dimulut kami, jadi jujur saja kami enggan gosok gigi”.

Saya: “Kalo begitu anda termasuk malas juga ya?”

Mas Barra: “Well, Kakap putih atau Barramundi sebenarnya termasuk ikan pemalas. Kami akan tinggal dan berdiam di tempat persembunyian sampai ada mangsa yang lewat atau masuk dalam jangkauan sergapan kami. Ketika akan menyergap mangsa, kami  terlebih dahulu mengembangkan rongga di belakang mulut yang ditandai dengan mengembangnya tutup insang guna menciptakan tekanan negative dan lalu membuka mulut lebar-lebar sehingga sebagian besar air dan juga mangsa terhisap masuk ke dalam mulut kami. Maaf sebenarnya ini rahasia tapi saya sudah terlanjur cerita pada anda jadi tolong cak Endro jangan ceritakan ini pada yang lainnya, janji?”

Saya: “Maaf yang tidak berani berjanji  karena janji adalah hutang & hutang saya sudah banyak mas Barra.”

Mas Barra: “Okelah kalo be..be…begitu. Saya lanjutkan lagi. Pada saat hal itu terjadi, pemancing akan merasakan ketukan keras pada joran atau senar. Jika dalam situasi ini pemancing terburu-buru melakukan hentakan atau strip striking, bisa diprediksi hingga 80% hasilnya akan gagal mengaitkan kail di mulut kami. Mengapa demikian? Karena pada saat itu yang ada di dalam mulut kami bukan hanya umpan, tetapi juga sejumlah besar air yang membuat umpan tidak langsung bersentuhan dengan dinding dalam mulut kami. Sebaiknya ditunggu dulu beberapa hitungan sampai kami selesai mengosongkan air melalui rongga insang. Biasanya bisa dihitung mulai dari satu hingga tiga baru disentak sehingga umpan dan kail langsung bersentuhan dengan dinding mulut kami dan pemancing berhasil Hook Up!

Saya: “Okey, terima kasih atas waktunya mas Barra. Selamat beraktifitas kembali dan semoga kita bisa bersua lagi dilain kesempatan.”


Catatan: 
Sumber Tabloid Berita Mancing edisi #07 November 2010 & diceritakan kembali oleh Mas Endro Buwono dalam bentuk dialog segar agar lebih enak dibaca & nggak cepet bosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Cari Postingan

Facebook Kami

BMKG Maritim

Pasang Laut Karang Jamuang